PERAN orangtua dan lingkungan yang sering dianggap sebagai penolong bisa juga menjadi penghambat bahkan bumerang bagi anak dalam menguasai tugas-tugas perkembangan pada usia dini.
Tidak dapat disangkal bila orangtua berkeinginan membentuk kepribadian dan kecerdasan anak, mereka cenderung menginginkan yang terbaik. Tetapi tanpa disadari, perhatian yang berlebihan ataupun pemaksaan kehendak kepada anak malah akan menimbulkan gangguan kejiwaan. Wujud dari kenakalan maupun gangguan perkembangan ini bisa dilihat dari sikapnya yang sering memusingkan orangtua, sikap menentang berlebihan, bahkan kecenderungan untuk bertindak agresif dan bunuh diri. Guna mencegah gangguan perkembangan dan perilaku yang menyimpang pada anak pada waktu dewasa, yang terbaik adalah mengontrol perkembangannya dari usia 0 tahun hingga 6 tahun.
Demikian terungkap dalam seminar sehari yang mengambil tema Deteksi Dini Anak Bermasalah di RS Sanglah, Sabtu (30/8). Pakar-pakar kejiwaan yang hadir sebagai pembicara dalam seminar tersebut mengatakan bahwa peran orangtua memang sangat penting untuk mencegah gangguan perkembangan anak, namun dominasi orangtua dalam mengontrol perkembangan anak juga bisa menjadi bumerang bagi si anak itu sendiri.
"Pola asuh yang salah, seperti sikap yang otoriter dan overprotektif dari orangtua bisa memicu munculnya gangguan perilaku dan emosional masa kanak," kata pakar kejiwaan dr. Lely Setyawati, Sp.Kj. Dokter yang sehari-harinya bertugas di RS Sanglah ini mengaku sering kali menerima pasien karena problem semacam itu.
Menurutnya yang terbaik dilakukan orangtua dalam mengasuh anak-anak adalah selalu bersikap bijaksana. Setyawati menilai ada 6 masukan yang bisa diterapkan untuk memperkaya pengetahuan dan kebijaksanaan sikap orangtua menghadapi anak, di antaranya selalu menunjukkan teladan bukan sekadar kata-kata nasihat dan ajarlah anak untuk mengenal arti kecewa serta bagaimana me-"manage" kekecewaan ini. Ia menyarankan buatlah anak-anak bahagia, karena kebahagiaan ini mempengaruhi penyesuaian diri mereka saat menjalani masa kanak-kanak dan akan mempengaruhi cara mereka memandang kehidupan ini.
Yang menarik dalam seminar kali ini terungkap hampir 92 persen penyebab dari gangguan perkembangan disebabkan oleh ibu. Tekanan yang diberikan ibu kepada anak-anaknya ini tentu saja tidak secara sadar dilakukan melainkan karena terlalu sayangnya mereka pada anak, demikian diungkapkan pakar kejiwaan dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang dr. Ismed Yusuf, Sp.Kj. Yusuf yang membawakan makalah penanganan anak bermasalah, menyoroti adanya mispersepsi mengenai berbagai gangguan kejiwaan yang dialami anak oleh orangtua dan masyarakat umum. Mispersepsi ini berdasarkan pengalamannya menangani sejumlah pasien, sering menyebabkan penanggulangan anak bermasalah menjadi terlambat.
Dijelaskan, yang paling sering dipersepsi keliru oleh orangtua dan masyarakat adalah gangguan pemusatan perhatian (GPH) dengan Gangguan Tingkah Laku (GTL). Bila gangguan terakhir yang menjadi permasalahan anak, diungkapkan Yusuf, yang paling penting untuk disembuhkan adalah orangtuanya. Karena GPH atau kenakalan pada anak timbul akibat kurangnya perhatian ataupun terlalu berlebihannya orangtua melindungi anak. Solusi terbaik dalam menangani anak nakal ini, kata Yusuf, dengan cara memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak untuk bertindak sesuai dengan keinginannya, jangan malah dibatasi atau dimarahi. (iah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar