Penyeimbangan Diri
Dalam memahami penyeimbangan diri, kita terlebih dahulu harus mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan organisasi diri, seperti: kepribadian, siakap dan prasangka, persepsi, dan konsep diri.
Pertama adalah kepribadian. Kata kepribadian berasal dari kata Latin yaitu “persona”. Menurut Allport kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem-sistem psikologis dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik/khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Sedangkan meunurut Cattel kepribadian adalah apa yang menentukan prilaku dalam kesadaran jiwa yang ditetapkan. Jadi kepribadian adalah hal-hal yang dapat menentukan sikap seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, kepribadian ini dimiliki oleh tiap-tiap orang. Tidak ada manusia yang mempunyai kepribadian sama, jadi kepribadianmu… kepribadianmu, kepribadianku… kepribadianku.
Kedua adalah sikap dan prasangka. Sikap adalah pengalaman tentang sesuatu masalah atau objek dari sisi dimensi penilaian. Jika kita memiliki sikap pada suatu objek, kita tidak Cuma mengalaminya, tetapi mengalaminya sebagai sesuatu yang hingga batas tertentu diinginkan, atau lebih baik, atau lebik buruk. Sikap ini ialah bentuk apresiasi kita terhadap pandangan yang diterima oleh masing-masing individu.
Prasangka diberi arti sebagai prapendapat, anggapan dasar, purbasangka, pendapat pendahuluan. Prasangka biasanya dilakukan oleh seseorang ketika dia belum menemukan fakta. Prasangka merupakan keputusan yang diambil berdasarkan pengalaman yang lalu. Prasangka juga diartikan sebagai pengambilan keputusan tanpa penelitian dan pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa dan tidak matang. Ada tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) yaitu:
a. Kognitif (cognitive).
Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.
b. Afektif (affective)
Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.
c. Konatif (conative)
Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi.
Keempat ialah persepsi. Persepsi adalah pandangan atau pengertian yang dilakukan seseorang terhadap sesuatu hal yang telah ia terima berdasarkan alat indranya. Proses terbentuknya persepsi pada seseorang dapat dimulai dari diterimanya rangsangan baik rangsangan visual, audio, olfatorik, dan rangsang-rangsang yang lain. Rangsang itu kemudian ditanangkap oleh alat indra untuk kemudian dibentuk menjadi sebuah persepsi mengenai apa yang ditangkap oleh alat indra. Setelah menjadi persepsi, mulailah pada proses pengenalan. Dalam proses pengenalan inilah persepsi yang dibangun, mulai diteliti dan diidentifikasi lebih dalam. Pengenalan ini merupakan tindak lanjut untuk mendapatkan suatu kepastian dari persepsi yang dibangun. Pengenalan yang dilakukan dapat dengan penalaran dan perasaan. Penalaran merupakan pemikiran dari suatu persepsi secara rasional, penalaran ini menggunakan akal pikiran dan dasar-dasar yang rasional. Sedangkan perasaan menyebabkan suatu kedekatan dan pengertian tentang persepsi. Dengan perasaan inilah suatu persepsi atau obyek dapat dikenali dan ditelaah lebih mendalam. Setelah mengenali dan memahami rangsang yang mendasari persepsi, maka akan didapatkan suatu tanggapan dan konfirmasi dari apa yang telah menjadi persepsi selama ini.
Kelima yaitu konsep diri. Konsep diri adalah semua persepsi kita terhadap aspek diri yang meliputi aspek fisik, aspek social, aspek psikologis, dan aspek social, yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain. Konsep diri merupakan hal terpenting setiap individu, dan bersifat pribadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri:
- kenali potensi anak
- memberiklan stimulasi kepada anak untuk mengetahui kemampuannya
- membantu anak dalam neyelesaikan tugas tanpa disertai kritikan yang tajam
- memberikan dukungan kepada anak
- mengamati lingkungan anak bersama teman sebayanya
Anak yang memiliki konsep diri yang baik dengan mudah dapat menyesuaikan diri tanpa mengalami hambatan. Rasa bahagia, mampu menerima dirinya, serta menunjukkan bagaimana sebaiknya bertingkah laku dalam pergaulan sehari-hari merupakan syarat agar anak memiliki penyesuain diri yang baik, selain mencegah terbentuknya mekanisme pertahanan diri yang dapat mengarahkan anak pada penyesuaian diri yang buruk.
Dalam memahami penyeimbangan diri, kita terlebih dahulu harus mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan organisasi diri, seperti: kepribadian, siakap dan prasangka, persepsi, dan konsep diri.
Pertama adalah kepribadian. Kata kepribadian berasal dari kata Latin yaitu “persona”. Menurut Allport kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem-sistem psikologis dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik/khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Sedangkan meunurut Cattel kepribadian adalah apa yang menentukan prilaku dalam kesadaran jiwa yang ditetapkan. Jadi kepribadian adalah hal-hal yang dapat menentukan sikap seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, kepribadian ini dimiliki oleh tiap-tiap orang. Tidak ada manusia yang mempunyai kepribadian sama, jadi kepribadianmu… kepribadianmu, kepribadianku… kepribadianku.
Kedua adalah sikap dan prasangka. Sikap adalah pengalaman tentang sesuatu masalah atau objek dari sisi dimensi penilaian. Jika kita memiliki sikap pada suatu objek, kita tidak Cuma mengalaminya, tetapi mengalaminya sebagai sesuatu yang hingga batas tertentu diinginkan, atau lebih baik, atau lebik buruk. Sikap ini ialah bentuk apresiasi kita terhadap pandangan yang diterima oleh masing-masing individu.
Prasangka diberi arti sebagai prapendapat, anggapan dasar, purbasangka, pendapat pendahuluan. Prasangka biasanya dilakukan oleh seseorang ketika dia belum menemukan fakta. Prasangka merupakan keputusan yang diambil berdasarkan pengalaman yang lalu. Prasangka juga diartikan sebagai pengambilan keputusan tanpa penelitian dan pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa dan tidak matang. Ada tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) yaitu:
a. Kognitif (cognitive).
Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.
b. Afektif (affective)
Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.
c. Konatif (conative)
Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi.
Keempat ialah persepsi. Persepsi adalah pandangan atau pengertian yang dilakukan seseorang terhadap sesuatu hal yang telah ia terima berdasarkan alat indranya. Proses terbentuknya persepsi pada seseorang dapat dimulai dari diterimanya rangsangan baik rangsangan visual, audio, olfatorik, dan rangsang-rangsang yang lain. Rangsang itu kemudian ditanangkap oleh alat indra untuk kemudian dibentuk menjadi sebuah persepsi mengenai apa yang ditangkap oleh alat indra. Setelah menjadi persepsi, mulailah pada proses pengenalan. Dalam proses pengenalan inilah persepsi yang dibangun, mulai diteliti dan diidentifikasi lebih dalam. Pengenalan ini merupakan tindak lanjut untuk mendapatkan suatu kepastian dari persepsi yang dibangun. Pengenalan yang dilakukan dapat dengan penalaran dan perasaan. Penalaran merupakan pemikiran dari suatu persepsi secara rasional, penalaran ini menggunakan akal pikiran dan dasar-dasar yang rasional. Sedangkan perasaan menyebabkan suatu kedekatan dan pengertian tentang persepsi. Dengan perasaan inilah suatu persepsi atau obyek dapat dikenali dan ditelaah lebih mendalam. Setelah mengenali dan memahami rangsang yang mendasari persepsi, maka akan didapatkan suatu tanggapan dan konfirmasi dari apa yang telah menjadi persepsi selama ini.
Kelima yaitu konsep diri. Konsep diri adalah semua persepsi kita terhadap aspek diri yang meliputi aspek fisik, aspek social, aspek psikologis, dan aspek social, yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain. Konsep diri merupakan hal terpenting setiap individu, dan bersifat pribadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri:
- kenali potensi anak
- memberiklan stimulasi kepada anak untuk mengetahui kemampuannya
- membantu anak dalam neyelesaikan tugas tanpa disertai kritikan yang tajam
- memberikan dukungan kepada anak
- mengamati lingkungan anak bersama teman sebayanya
Anak yang memiliki konsep diri yang baik dengan mudah dapat menyesuaikan diri tanpa mengalami hambatan. Rasa bahagia, mampu menerima dirinya, serta menunjukkan bagaimana sebaiknya bertingkah laku dalam pergaulan sehari-hari merupakan syarat agar anak memiliki penyesuain diri yang baik, selain mencegah terbentuknya mekanisme pertahanan diri yang dapat mengarahkan anak pada penyesuaian diri yang buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar